JAKARTA,VMNmedia.id – Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong tumbuhnya Kelembagaan Ekonomi Petani (KEP) yang berkualitas. Hal ini sejalan dengan pembangunan pertanian secara umum, pengembangan kelembagaan petani memegang peranan penting dan merupakan bagian integral sebagai pendukung pembangunan pertanian secara keseluruhan.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan bahwa pertanian itu keren dan pertanian adalah bisnis yang menguntungkan. Bertani itu usaha yang penuh nilai ibadah karena sebagai penyedia pangan bagi 273 juta masyarakat Indonesia sekaligus menjamin ketahanan pangan nasional.
“Dengan menerapkan teknologi-teknologi yang direkomendasikan melalui pelatihan-pelatihan yang sudah dilaksanakan oleh Kementan agar petani menjadi unggul, profesional dan punya daya saing”, ujar Mentan Syahrul.
Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) melalui program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) terus berupaya untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produk pertanian.
Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa penumbuhan dan pengembangan KEP merupakan upaya untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan petani dan telah melaksanakan kegiatan usaha tani yang berorientasi pasar. Baik yang berbadan hukum maupun yang belum berbadan hukum dalam bentuk kegiatan koperasi petani, Kelompok Usaha Brersama (KUB) maupun Badan Usaha Milik Petani lainnya.
Diperlukan terobosan yang dapat mendorong petani dan kelembagaan petani menuju kondisi dimana kompetensi SDM dan infrastruktur teknologi, akses pembiayaan permodalan, akses informasi teknologi dan pasar tinggi, mampu mengelola usahatani dan produksi yang memenuhi skala ekonomi dengan manajemen yang modern. Penyuluh pertanian sebagai petugas yang berada di lapangan diarahkan untuk mendorong kelembagaan petani yang berpotensi membangun kelembagaan ekonomi petani”, ujar Kabadan Dedi.
Kabadan sangat berharap KEP Program SIMURP dapat meningkatkan produktivitas usahatani melalui pertanian cerdas iklim di tengah perubahan iklim global.
Melalui program kegiatan SIMURP telah ditumbuhkan sebanyak 117 KEP, salah satunya adalah KEP Bumi Lestari yang beranggotakan 27 orang dan diketuai oleh Yusuf Priyandono Putro, petani milenial dari Kabupaten Jember.
Banyak manfaat yang diperoleh setelah kelompoknya bertrasformasi menjadi KEP. Anggota kelompoknya jadi lebih aktif jadi informasi untuk kemajuan usahanya, hargapun juga bisa sama dan lebih kuat dalam melakukan negoisiasi harga. Kalau ada cabai yang belum laku dijual, bisa diolah di KWTnya, bahkan hasil olahannya sudah ada yang diekspor. Negara yang dituju Hongkong dan Thailand. Selain olahan cabe juga ekspor bakso klenger dan tongkol pedes, jelas Yusuf.
Yusuf menambahkan bahwa bisnis cabai selama tiga tahun terakhir ini, terbilang menguntungkan selama bisa membaca pasar dan melihat kondisi di lapangan. Syarat kunci menurutnya harus berani keluar dari kebiasaan yang sudah ada sehingga bisa menghindari jebakan harga panen raya.
Di kelompoknya tanam cabai seluas 12 Ha dengan macam macam jenis cabai, diantaranya Cabai Merah Besar (CMB), Cabai Rawit Merah (CRM), Rawit Halus dan Rawit, Putihan, Cabai hijau sayur. Untuk kedepan memang ada keinginan untuk menambah komoditi holtikultura lain namun masih menunggu koneksi pedagang yang lain.
Ia menyampaikan sangat terbantu sekali dengan adanya program SIMURP, sehingga dalam beragribisnis bisa lebih lancar. Sebagai contohnya dalam pembuatan guludan dengan menggunakan cultivator plus RTH. Untuk penyiraman dengan menggunakan pompa diesel, dalam memanen dan memasarkan hasil, ada keranjang keranjang besar yang membuat cabe lebih tahan tidah mudah busuk.
Selain pembuatan gulutan, teknologi yang diterapkan kelompoknya antara lain penanggulangan jamur yang merugikan bagi tanaman cabai dengan menggunakan jamur tricoderma, dengan penggunaan tricoderma dapat meminimalisir adanya penyakit layu bakteri dan antraknosa, penggunaan Pupuk Organik yang lebih banyak untuk menghemat penggunaan pupuk kimia yang setahun terakhir naik sampai 2 kali lipat harganya. Disamping itu juga penggunaan varitas unggul, jelas Yusuf lagi.
Sedangkan untuk pemasaran cabai, sampai saat ini 95% kita masih menjual kepada pengirim atau pedagang yang mengirim cabai dari pengepul ke pasar, sedangkan sisanya 5% sudah bisa langsung menjual ke end user atau pemasaran menggunakan sistem mulut ke mulut setiap hari panen. Bersama-sama dengan kelompoknya, Yusuf sedang mencari peluang untuk bisa memasarkan secara langsung ke pasar, supermarket dan tempat tempat penjual sekala besar. Semoga kedepan keuntungan semakin tinggi, termasuk yang diolah dan diekspor, harapnya. (YT/NF)