
Terapat delapan belas burung takahe telah dilepas ke alam liar di cagar alam di Danau Wakatipu.
Hal ini akan diikuti oleh tujuh ekor lainnya pada bulan Oktober mendatang, dan bakal ditambah sepuluh ekor lainnya pada bulan-bulan awal tahun depan karena keajaiban yang ditemukan kembali ini melanjutkan perjalanan panjang menuju pemulihan populasi perkembangbiakan ketiga yang terpisah di alam liar.
Burung ini merupakan simbol masa lalu prasejarah Selandia Baru yang unik, namun burung ini berevolusi di sebuah pulau tanpa mamalia, dan dengan masuknya mamalia secara invasif, terjadilah apa yang mungkin menjadi akhir dari kematian burung tersebut.
Mereka telah ditemukan kembali setelah Perang Dunia Kedua dan sejak itu para pelestari lingkungan mengambil pendekatan proaktif untuk memastikan kelangsungan hidup mereka. Telur yang berada di alam liar dibawa ke pusat perawatan untuk melindunginya dari pencuri seperti cerpelai, musang, dan tikus.