Bandung, VMNmedia.id – Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan bekerja sama dengan Hanara Well Being Centre mengadakan Bimbingan Teknis Pembina Elisitor di Bandung. Kegiatan ini bertujuan guna mendukung sistem budidaya pertanian yang ramah lingkungan serta salah satu upaya meningkatkan produksi, hemat pupuk kimia sintetis
Kegiatan ini diikuti 80 peserta yang terdiri dari 34 provinsi serta ada perwakilan dari beberapa perguruan tinggi seperti UGM, UNSOED, UNHAS, UNIV BRAWIJAYA, UNS, UNPAD, ITB, dan IPB hadir juga perwalilan dari HKTI dan KTNA serta pegiat komunitas organik yang nanti nya akan dipraktekkan langsung kepada 150 petani setelah 2 hari mendapat pelatihan.
Dalam sambutanya Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengapresiasi kegiatan ini karena berlangsung saat hari libur. Menurutnya ini suatu hal yang positif untuk menghadapi tantangan dan kesulitan yang ada.
“Ditengah mahalnya harga pupuk, biosaka ini bisa menjadi pilihan karena saya percaya ini merupakan suatu kearifan lokal yang memang perlu di coba” ujar Mentan SYL
“Hal-hal semacam ini perlu didorong dan saya berharap dengan temuan-temuan dan semangat bapak/ibu sekalian produktivitas dan kualitas pertanian terus meningkat dan maju”lanjutnya
Sementara itu Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi menyampaikan peserta yang mengikuti pelatihan 80 orang yang nantinya akan dilatih dan dibimbing untuk menjadi master atau relawan atau kopasusnya biosaka.
“Peserta yang 80 orang tadi akan diajari baik teknis memilih rumput, meremat dan seterusnya sehingga bisa membuat biosaka yang harmoni. Jadi yang dilatih nanti bukan hanya ilmunya, pengetahuan, tetapi juga tubuhnya bagaimana tubuh-tubuh kita harmoni sehingga bisa memilih rumput secara harmoni” ungkap Suwandi
Suwandi juga mengatakan arahanya tidak hanya meningkatkan kualitas biosaka dilapangan, tetapi juga dari segi sains, sehingga ada proses internalisasi tentang apa itu elisitor sehingga beberapa perguruan tinggi pun terlibat dalam kegiatan ini. Berbagai praktek sudah di laksanakan pada musim tanam ini Ok-Mar pada 490 kecamatan, 157 kabupaten sudah menerapkan elisitor biosaka.
“Jika di total termasuk blitar 31 ribu hektar. Kajian dan demplot-demplot yang sudah dilakukan hasilnya sangat positif antara lain hemat pupuk 50%, resiko bagi tanaman dan manusia sangat minim, tanahnya semakin subur, hama penyakit minimal, kemudian produksi bisa ditingkatkan dengan baik” Jelas Suwandi
“Untuk riset sudah dilakukan uji unsur hara makro-mikro bahwa itu bukan pupuk melainkan elisitor, Uji kandungan hormon terdapat kandungan auksin, sitokinin, giberelin, uji kandungan spora bakteri dan hasilnya bagus dan uji kandungan senyawa LCMS ternyata terdapat kandungan yang baik untuk pertumbuhan tanaman maupun untuk produksi” tambahnya
Pada kemesempatan yang sama Prof. Robert Manurung, Akademisi ITB menyampaikan hasil penelitian mahasiswanya sejak beberapa bulan terakhir terkait pengaplikasian biosaka di Blitar.
“Jadi untuk pengaplikasian biosaka pada rumput pakan ternak sebelumnya dipanen 45 hari, setelah pengaplikasian biosaka bisa panen dalam 25 hari, dan kandungan protein nya lebih baik, untuk komoditas melon itu umur panen lebih pendek transisi ke fase generatif lebih cepat” terang Prof Robert Manurung
“Jadi bapak/ibu sekalian mari kita mencoba, mempraktekan, meneliti sendiri, mudah-mudahan bisa bermanfaat buat kita dan untuk orang lain” tambahnya
Diakhir, Muhamad Ansar, pengagas biosaka mengatakan bahwa ia hanya ingin berbagi pengalaman atas apa yang telah dilakukan, menurutnya paling tidak hari ini sudah terbukti bagaimana dampak dari biosaka melalui testimoni-testimoni dan praktek di lapangan dan analisa akademis.
“Keberhasilan ini saya hanya ingin membagi apa yang kita peroleh di peroleh juga oleh orang lain bertani dengan biaya yang murah namun hasilnya tetap maksimal” Ucap Ansar