Jakarta, Kamis, 6 Mei 2024 – Lahan kering di Buleleng merupakan salah satu sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat setempat. Pengembangan hortikultura di wilayah ini memiliki potensi besar dibandingkan lahan sawah. Namun, potensi tersebut belum dikelola secara optimal sehingga produktivitas lahan kering masih rendah. Kendala utama dalam pengembangan hortikultura wilayah tersebut dikarenakan terbatasnya infrastruktur irigasi. Keadaan ini disertai minimnya pengetahuan dan keterampilan petani dalam mengelola hortikultura di lahan kering.
Selama ini, petani di Buleleng hanya mengandalkan air hujan yang ketersediaannya sangat bergantung pada curah hujan sepanjang tahun. Meski sarana pengairan terbatas, hal ini sebenarnya tidak menjadi kendala jika pengelolaan air dilakukan secara tepat, efektif, dan efisien. Lahan tadah hujan atau lahan kering memiliki peluang besar untuk dikembangkan menjadi lahan yang produktif.
Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Hortikultura bekerja sama dengan Asian Development Bank (ADB) dan International Fund for Agricultural Development (IFAD) melakukan terobosan pengembangan kampung hortikultura di kawasan lahan kering melalui proyek Horticulture Development in Dryland Areas Project (HDDAP). Proyek ini mencakup 10 ribu hektare di tujuh provinsi dan 13 kabupaten/kota. Kegiatan ini akan berlangsung dari 2024 hingga 2028 meliputi aspek hulu ke hilir.
“Buleleng mendapat kesempatan sebagai salah satu penerima kegiatan HDDAP. Komoditas hortikultura yang akan dikembangkan meliputi bawang merah, sayuran daun, durian, dan manggis. Sebaran lokasi HDDAP mencakup enam kecamatan terdiri dari Kecamatan Banjar, Kecamatan Gerogak, Kecamatan Kubutambahan, Kecamatan Seririt, Kecamatan Busungbiu dan Kecamatan Sukasada,” ujar Project Manager HDDAP sekaligus Direktur Perlindungan Hortikultura Jekvy Hendra.
Jekvy merinci, Kecamatan Banjar akan mengembangkan komoditas bawang merah, durian dan sayuran daun. Kecamatan Gerogak khusus untuk bawang merah, Kecamatan Kubutambahan akan mengembangkan bawang merah, durian, sayuran daun. Sementara itu Kecamatan Seririt mengembangkan bawang merah dan durian. Untuk Kecamatan Busungbiu mengembangkan manggis dan terakhir Kecamatan Sukasada akan mengembankan sayuran daun.
Guna mempersiapkan kegiatan HDDAP, lanjut Jekvy, Direktorat Jenderal Hortikultura menugaskan tim untuk melakukan sosialisasi, konsolidasi, verifikasi CPCL. Termasuk di dalamnya pemetaan lahan calon lokasi HDDAP untuk memastikan kesesuaian lahan dengan Survey Investigasi Dasar (SID). Tim ini didampingi oleh Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT), dan calon petani penerima HDDAP.
“Saya berhatap melalui proyek HDDAP ini, permasalahan kekeringan di lokasi HDDAP Buleleng dapat teratasi sehingga petani mampu meningkatkan produktivitas, nilai tambah, dan daya saing produk hortikultura,” terangnya.
Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto dalam keterangan tertulis menyampaikan bahwa pengembangan hortikultura di lokasi HDDAP akan menjadi ujung tombak dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani HDDAP. Ke depannya bukan hanya mendukung program ketahanan tetapi juga menjadi motor penggerak perekonomian daerah yang tangguh.
“Upaya ini harus dilakukan secara terintegrasi dan berkelanjutan dengan mempertimbangkan aspek sosial, budaya, ekonomi, dan lingkungan. Saya meyakini jika pengembangan hortikultura di lahan kering dilengkapi dengan sarana pengairan yang memadai maka pendapatan dan kesejahteraan petani akan meningkat. Bukan hanya mendukung program ketahanan tetapi juga menjadi motor penggerak perekonomian daerah yang tangguh,” pungkasnya.