JAKARTA – Sektor pertanian adalah sektor strategis yang memberi kepastian keuntungan yang berlimpah. Pertanian juga terbukti menjadi sektor terkuat selama Indonesia dan juga dunia dilanda berbagai krisis.
Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mendorong para petani untuk membuat Indonesia menjadi negara paling kuat terhadap ancaman kekeringan El Nino maupun krisis global dunia. Salah satunya menurut SYL dengan mengembangkan tanaman hortikultura di seluruh Indonesia.
Kolaborasi menjadi kata kunci bisnis pertanian, maka konektivitas petani milenial menjadi sangat penting untk membangun ekosistem, ujar Mentan Syahrul.
Mentan Syahrul menekankan kepada seluruh jajaraannya untuk terus bergerak melakukan kolaborasi, adaptasi dan antisipasi terhadap berbagai tantangan yang ada. Termasuk dalam menghadapi cuaca ektrem El Nino yang diperkirakan berlangsung hingga September.
“Saya kira dari apa yang kira lakukan selama ini, semuanya sudah baik. Hanya memang kita tidak boleh puas dan harus terus kita tingkatkan. Dan saya minta semua siapkan pasukan bantu petani, bantu petani milenial untuk menjaga makanan pangan kita dalam kondisi aman,”tegas Mentan SYL.
Pada acara Mentan Sapa Petani dan Penyuluh (MSPP) Volume 32, Jumat (08/09/2023), Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan komoditas hortikultura merupakan komoditas unggulan, yang menghasilkan keuntungan besar, sehingga menghasilkan uang yang banyak.
“Saat ini petani milenial banyak yang bergelut di bidang hortikultura diantaranya yang memiliki potensial ekspor seperti buah manggis, duku juga sayuran serta tanaman hias karena potensial buah dan sayuran tropikal yang luar biasa”, jelas Kabadan Dedi.
Narasumber MSPP, Direktur Perlindungan Hortikultura Jekvy Hendra dalam paparannya mengatakan bahwa dampak perubahan iklim pada bidang hortikultura diantaranya peningkatan fekuensi suhu udara dan permukaan air laut serta perubahan pola curah hujan dan sifat hujan.
Sehingga hal ini menyebabkan meluasnya defisit ketersediaan air tanaman yang mempengaruhi pola atau praktik budidaya serta menurunkan luas tanam dan panen, sehingga meningkatkan potensi serangan OPT dan puso.
“Sektor pertanian adalah penyebab terbesar dari kelangkaan air, sekaligus menjadi sektor yang paling terdampak. Sebanyak 70% sumber daya air di dunia atau air tawar digunakan untuk sektor pertanian, bahkan pada beberapa negara berkembang mencapai 95%”, ujar Jekvy.
Pada sektor pertanian hortikultura, degradasi lahan dapat diminimalisir dengan budidaya polikultur seperti tumpang sari dan rotasi tanam, aplikasi bahan-bahan organik dan mikroorganisme lokal, serta waktu jeda lahan sebelum musim tanam berikutnya, jelas Jekvy kembali
“Sedangkan untuk pengendalian OPT yang ramah lingkungan, idealnya tidak hanya fokus mengurangi dampak buruk, tapi juga memberikan lebih banyak manfaat terhadap manusia dan ekosistem”, pungkasnya. (HV/NF)