• November 14, 2024

Petani Food Estate Kapuas Tetap Semangat Bertanam Usai Banjir

VMNmedia.id – Kalimantan Tengah merupakan salah satu lokasi pengembangan Food Estate. Presiden Joko Widodo menginginkan kawasan food estate sebagai pembentuk ketahanan pangan nasional. Selain wilayah yang berada di Sumatera Utara, lokasi lain yang tengah mengembangkan food estate berada di Pulau Jawa dan NTT. Kalimantan Tengah sendiri merupakan lokasi program food estate yang berjalan sejak 2020 lalu.

Pada 2020, Kapuas diberi bantuan benih jeruk, sayuran daun, durian dan cabai rawit dengan total luasan 220 hektare. Sementara di Pulang Pisau, pengembangan kelengkeng, cabai, durian dan sayuran daun dengan luasan 253 hektare. Dengan demikian total luasan pengembangan Food Estate Kalimantan Tengah sejumlah 473 hektare.

Tak sampai di situ, pada 2021, pemerintah kembali memberi bantuan pengembangan sayuran di Kalimantan Tengah seluas 100 hektare sebagai penambahan dari tahun sebelumnya. Kemudian pengembangan buah-buahan di kedua kabupaten dibantu lagi dengan total luasan 290 hektare. Rinciannya, 200 hektare lahan ekstensifikasi dan 90 hektare lahan intensifikasi.

Sama halnya dengan tahun sebelumnya, dukungan pemerintah tidak hanya terpusat pada benih saja, namun termasuk pupuk, dolomit, pestisida, fungisida, likat kuning, mulsa hingga keranjang panen.

Lokasi lahan rawa memiliki karakteristik yang dangkal dan jenuh air. Tanahnya mengandung pirit dengan PH rendah, yakni 2 – 3,5. Tinggi kandungan Fe, AL dan Mn namun rendah fosfor dan kalium. Sehingga perlakuannya cukup teknis dengan meminimalisir efek pirit, meningkatkan pH tanah, ameliorasi dan pemupukan serta penataan lahan.

Direktur buah dan Florikultura Liferdi Lukman mengatakan bahwa dirinya sangat bersyukur bantuan yang diberikan dapat diapresiasi dan bermanfaat bagi masyarakat petani.

“Ditjen Hortikultura berkomitmen penuh mendukung pengembangan Food Estate Kalteng sejak 2020 ini. Menginjak tahun ke tiga ini kembali dianggarkan upaya pengutuhan kawasan sebagai kegiatan pemeliharaan. Kami masih terus fasilitasi kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi berupa pupuk, benih dan saprodi lainnya agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi optimal,” ujarnya dalam pesan tertulis, Jumat (21/1).

Ditemui di lokasi, para petani sayuran mengaku sejauh ini menunjukkan hasil yang memuaskan. Produktivitasnya cukup memuaskan sehingga mampu menyokong perekonomian rumah tangga. Meskipun demikian, sejak November 2021 – Januari 2022, banjir mengakibatkan genangan di hampir semua lokasi pengembangan. Tak ayal hampir 50 persen tanaman mengalami stressing dan mati akibat terendam.

Anggota Kelompok Tani Tirto Kencono, Taufiqurrahman mengatakan pada kondisi normal bisa menghasilkan 300 ikat untuk jual ke pasar, dengan harga per ikat rata-rata Rp 2500 – Rp 3000. Sekarang ini hanya mampu menghasilkan 100 – 150 ikat.

“Iya sekarang ini memang anjlok dari sisi produksi. Meskipun demikian, harga melonjak. Per ikat sekarang ini bisa mencapai Rp 7000. Jadi Alhamdulillah kurang lebih pendapatan kami sama dengan ketika produksi normal,” kata Taufiqurrahman.

Dirinya bercerita, selama air menggenangi lahan pertanaman, petani di wilayah Kapuas menyiasatinya dengan cara meninggikan bedengan atau pindah ke badan jalan pinggiran rumah. Cara ini cukup efektif agar setidaknya masih ada tanaman yang bisa diproduksi.

“Kami tidak patah semangat dengan kondisi yang sedang kami alami ini. Mata pencaharian kami adalah bertani. Jadi bagaimanapun kondisinya, kami harus tetap bersemangat. Mudah-mudahan keadaan membaik ke depan,” terangnya.

Disinggung mengenai harapan ke depan terhadap program food estate ini, dirinya juga menginginkan agar bantuan pemerintah lebih bervariatif lagi, artinya tidak hanya satu jenis tanaman saja.

“Ya kalau bisa ada kangkung, bayam, sawi, terung. Jadi kalau ada satu komoditas yang anjlok atau minim produksi, ada komoditas lain yang menutupi,” katanya.

Sementara itu, petani jeruk asal Desa Bunga Jaya, Kecamatan Basarang, Sukatman yang juga menerima bantuan jeruk pada 2020 sebanyak 1,5 hektare mengeluhkan tanamannya yang nyaris 50 persen mati. Saat ditemui di lokasi, dirinya tengah meninggikan areal tanamannya membentuk surjan dengan bantuan excavator.

“Iya saya ada tabungan ini makanya bisa meninggikan (buat surjan). Habis bagaimana lagi, ini karena alam. Sudah dua tahun begini, namun ini yang terparah. Dulunya di areal ini saya tumpang sari dengan cabai dan terong. Sekarang mana bisa. Bahkan tanaman sayuran di dekat rumah saya sudah tidak ada lagi yang terselamatkan. Dua hari ini sudah tidak sederas yang kemarin-kemarin makanya saya ikhtiar meninggikan. Mudah-mudahan ada hasil,” terangnya.

Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Kapuas, Nina Yustina berharap dari kondisi ini, pemerintah pusat mendorong anggaran untuk pengganti benih dan membantu.

“Sejauh ini kami sudah membantu dari sisi pembinaan dengan turun ke lapangan. Terhadap kondisi alam yang terjadi ini, sungguh ini di luar batas kemampuan kami. Dengan kejadian ini kami berharap pemerintah mampu memberi benih pengganti dan lahir sebuah gerakan meninggikan surjan karena itu yang sangat dibutuhkan,” pungkasnya.

Read Previous

Menteri Pertanian Jamin Pasokan Cabai Cukup

Read Next

Manfaatkan Integrated Farming, Kementan Kembangkan Kampung Alpukat di Cianjur

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *