JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong transformasi pertanian dari tradisional menuju modern. Hal ini sesuai dengan arahan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman yang terus mendorong petani untuk memanfaatkan modernisasi alat dan mesin pertanian (alsintan) sektor pertanian. Kebijakan modernisasi dilakukan salah satunya untuk menarik minat milenial dan generasi Z menjadi petani milenial.
Mentan Amran mengatakan salah transformasi pertanian tradisional menuju modern dalah satunya dengan memanfaatkan combine harvester,
bukan dengan manual memakai tangan.
Mentan juga memastikan stok pangan dan pupuk tersedia dan aman jelang hari raya Natal dan tahun baru 2024. Ia pun tengah berupaya menekan impor di tengah fenomena El Nino dengan cara mempercepat masa tanam.
Senada dengan Mentan, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan Petani milenial juga berperan penting dalam menjaga kestabilan pangan nasional. Petani milenial wajib melek teknologi saling berkolaborasi dengan penyuluh dan insan tani lain, saling menguntungkan.
“Tantangan bagi petani milenial di Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris ini adalah harus mampu melakukan modernisasi pertanian menerapkan alat mesin pertanian dan Internet of Things (IoT)”, jelas Kabadan Dedi.
Sementara itu, pada acara Mentan Sapa Petani dan Penyuluh (MSPP) volume 47 diadakan Selasa (22/12/2023) di AOR BPPSDMP menghadirkan narasumber Ketua Kelompok Substansi Kelembagaan Alat dan Mesin Pertanian, Erna Riyanti Wardhani yang memaparkan materi kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan bantuan alsintan dalam mendukung produksi dan produktivitas pertanian.
Erna menjelaskan kebijakan pengembangan alsintan diantaranya adalah meningkatkan kompetensi SDM pertanian, mendorong munculnya kebijakan peningkatan penyediaan material komponen lokal dan mendorong pertumbuhan dan pengembangan produk alsintan dalam negeri. Selain juga mendorong peningkatan standarisasi alsintan yang dipergunakan oleh petani dan menarik minat generasi milenial untuk bekerja di sektor pertanian serta mendorong lembaga keuangan untuk terlibat dalam pembiayaan pengembangan dan penggunaan alsintan, ujarnya.
Sedangkan pelatihan-pelatihan yang sudah dilakukan untuk penggelolaan dan pemanfaatan bantuan alsintan dalam mendukung produksi dan produktivitas pertanian, diantaranya adalah pelatihan alsintan khususnya Rice Transplanter, TR 4 bekerjasama dengan pihak penyedia alsintan dan pelaksanaan bimtek kegiatan yang dilaksanakan Ditjen PSP maupun Badan PSDMP dan Institusi lainnya. Yang paling penting adalah Penguatan Brigade alsintan di Distan Prop/Kab/Kota agar pemanfaatan bantuan alsintan lebih optimal, ungkap Erna.
Erna menambahkan bahwa sasaran pengembangan kredit usaha alsintan yaitu untuk meningkatkan kepemilikan alsintan secara mandiri melalui sumber pembiayaan komersial (KUR/KUA), meningkatnya tingkat pemenuhan kebutuhan alsintan untuk usaha pertanian, meningkatnya kinerja pemanfaatan alsintan dan level mekanisasi pertanian di Indonesia. Hal ini agar berkembangnya model bisnis jasa alsintan yang terintegrasi, terkonsolidasi dan profesional dalam bentuk Taksi Alsintan dengan sumber pembiayaan utama dari Perbankan, imbuhnya. (HV/NF)