• February 5, 2025

Bojonegoro Tercatat Mampu Produksi Bawang Merah Cukup Besar

Bojonegoro (27/04) – Naiknya harga bawang merah masih mewarnai headline berbagai media dalam beberapa pekan terakhir. Permintaan yang tinggi selama lebaran dihadapkan pada keterbatasan stok barang akibat banjir yang melanda sentra bawang merah di wilayah Pantai Utara Jawa (Cirebon, Brebes, Kendal, Demak, Grobogan, Pati) dan minimnya tenaga perogol semakin melambungkan harga bawang merah di pasaran.

Meskipun bukan menjadi sentra utama bawang merah, Bojonegoro memiliki andil yang cukup besar dalam mengirim pasokan ke beberapa pasar besar di Jawa Timur. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, sepanjang tahun 2023 lalu Bojonegoro tercatat mampu memproduksi bawang merah sebanyak 26.450 ton dengan luas panen mencapai 2.826 ha.

Imam, Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Bojonegoro, menyampaikan masih ada panen di Bojonegoro hingga awal Mei mendatang. “Di sini masih panen kurang lebih 364 hektar, tersebar di Kecamatan Kedungadem, Gondang, Sekar dan Sumberjo. Panen bergilir dari desa ke desa, karena sepanjang tahun di sini ada pertanaman”, terang Imam.

Pertanaman bawang merah di Kabupaten Bojonegoro dilakukan minimal tiga kali dalam satu tahun. Musim tanam pertama pada Bulan November hingga pertengahan Desember, musim tanam selanjutnya pada Bulan Februari – Maret, dilanjutkan musim tanam ketiga pada bulan Mei, dan tanam keempat pada bulan September (untuk wilayah yang dekat dengan irigasi). Dengan pola tanam tersebut harapannya panen tidak akan terputus.

Direktur Sayuran & Tanaman Obat, Andi Muhammad Idil Fitri mengerahkan seluruh jajarannya agar mengecek kondisi riil panen di wilayah-wilayah sentra termasuk Bojonegoro. “Selain dilakukan operasi pasar bawang merah di Jakarta, kami juga mengecek langsung ke lapangan untuk mengawal panen dan pasokan,” tuturnya saat diwawancarai terpisah.

Anto, pengepul bawang merah di Desa Pajeng, Kecamatan Gondang mengatakan bahwa saat ini pertanaman di Gondang rata-rata berumur 35 hari dan siap dipanen pada awal Mei mendatang. Pihaknya juga menyampaikan bahwa harga sudah mulai berangsur turun. “Harga sudah turun karena mulai banyak panen dan tenaga kerja rogol sudah kembali bekerja pasca lebaran. Permintaan pun tidak sebanyak saat lebaran” imbuh Anto.

Hal itu dibenarkan oleh Ajis, tengkulak bawang merah di Desa Duwel, Kecamatan Kedungadem. Sejalan dengan Anto, Ajis juga mengatakan bahwa harga jual yang diterimanya dari pengepul sudah menurun.

Guna meningkatkan efisiensi biaya produksi Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian terus mendorong petani menggunakan benih bawang merah TSS (True Shallot Seed). Dalam pelaksanaannya, Dinas menggandeng BRIN untuk membina petani melalui percontohan budidaya. Harapannya TSS bisa menjadi alternatif ketika harga benih mahal sehingga geliat produksi bawang merah Bojonegoro terus meningkat.

Read Previous

Enrekang Siap Penuhi Produksi Bawang Merah Nasional

Read Next

Tak Kenal Musim, Bawang Merah Solok Panen Sepanjang Tahun

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *