Menghadapi kemungkinan adanya El Nino yang akan mulai terjadi sekitar Juni dan semakin intens pada Agustus nanti, Kementerian Pertanian berencana membentuk gugus tugas di setiap wilayah.
“Setiap wilayah membutuhkan penanganan yang berbeda. Kita semua harus duduk bersama untuk merumuskan semuanya, dimulai dari pemetaan wilayah, konsep kelembagaan, hingga rencana aksinya,” ungkap Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat melakukan rapat koordinasi bersama pejabat Kementerian Pertanian dan aparatur pemerintah daerah melalui teleconference, pekan lalu.
Sebagai bentuk tindak lanjut arahan Mentan SYL, Direktorat Jenderal Hortikultura telah menyusun langkah intervensi untuk menghadapi El Nino dalam rangka upaya pengamanan pasokan dan stabilisasi harga komoditas strategis. Langkah-langkah ini disampaikan oleh Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat (STO) pada webinar Badan PPSDM Pertanian, Ngobras Vol. 21, Selasa (30/5), kepada para petani, penyuluh, dan UPT lingkup Kementan.
“Kami memberikan fasilitasi dampak perubahan iklim seluas 250 ha yang dialokasikan di 33 BPTPH dalam bentuk pompa air, pipanisasi, embung, biopori, dan teknologi hemat air. Selain itu, optimalisasi klinik PHT dan antisipasi serangan OPT juga akan kami lakukan,” papar Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Andi Muhammad Idil Fitri.
Idil melanjutkan, Tim Early Warning System (EWS) Direktorat Perlindungan Hortikultura juga melakukan pemantapan kolaborasi dengan BMKG, BSIP, BRIN, dan UNS untuk peta sebaran OPT, banjir dan kekeringan, serta dengan Tim EWS Direktorat STO di wilayah sentra.
Dari Direktorat STO sendiri, langkah intervensi yang diambil sebagai upaya untuk menjaga pasokan dan harga komoditas, terutama cabai dan bawang merah, dibagi menjadi 3 (tiga) periode, yakni jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Langkah-langkah ini tidak hanya dilakukan selama El Nino berlangsung, tetapi juga untuk mengantisipasi anomali iklim di masa mendatang.
“Untuk jangka pendek, kami fokuskan pada penanaman kawasan, distribusi pasokan dari champion, fasilitasi angkutan distribusi, dan fasilitasi sarana penanganan dampak perubahan iklim. Kemudian di jangka menengah, kami akan melakukan pengembangan kawasan, fasilitasi nursery 34 juta seedling TSS bawang merah dan 34 juta seedling cabai dengan teknologi soilblock, serta fasilitasi sarana prasarana pascapanen dan pengolahan,” tambah Idil.
Sementara itu, sebagai langkah intervensi jangka panjang, Idil memaparkan bahwa Ditjen Hortikultura akan terus memantau ketersediaan aneka cabai, bawang merah, dan dampak anomali iklim melalui EWS serta pelaksanaan program Horticulture Development of Dryland Areas Project (HDDAP) seluas 10.000 ha.
“Kami juga melakukan fasilitasi smart green house (SGH) sebagai langkah antisipasi dampak perubahan iklim akibat El Nino. Dengan pemanfaatan SGH, pengaturan jenis komoditas dan pola tanam tidak lagi tergantung musim. Selain itu, suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan nutrisi juga dapat diatur secara otomatis pada level yang ideal untuk pertanaman,” tutup Idil.