PATI – Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Hortikultura siap melakukan penyerapan cabai petani Kabupaten Pati yang anjlok akibat produksi yang melimpah. Gerak cepat ini dilakukan bersama Champion Cabai Indonesia dan merupakan respon bersama dalam membantu nasib petani yang terkurung dengan harga murah.
Seperti diketahui, anjloknya harga cabai disebabkan oleh kelebihan produksi yang masif hampir di semua sentra. Untuk jenis cabai besar teropong misalnya, harga di tingkat petani mencapai Rp 4.000 hingga 6.000 ribu.
“Kondisi ini menjadi isu nasional karena pengaruhnya terhadap deflasi yang cukup tajam beberapa waktu ini. Oleh karena itu kami langsung gerak cepat dengan melakukan penyerapan,” ujar Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Ditjen Hortikultura Kementan, Andi Muhammad Idil Fitri saat meninjau kondisi cabai terkini di Pati, Jawa Tengah, Jumat, 18 Oktober 2024.
Idil mengatakan, penyerapan kementan akan dilakukan sebanyak 800 kilogram dan dilanjutkan dengan penyerapan Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah sebanyak 1.000 kilogram. Penyerapan ini sepakat akan membeli dengan harga Rp10.000 per kilogram atau di atas BEP (Break Even Point) Cabai Merah Besar.
“Namun cabai yang akan diserap tentunya cabai dengan kondisi layak serap untuk masyarakat,” katanya.
Sebagai informasi, pada tahun 2025 mendatang, para petani cabai Pati direncanakan akan berkolaborasi dengan champion cabai binaan Pemprov Jawa Tengah serta akan dialokasikan program pengembangan kawasan cabai dari penganggaran APBD Jawa Tengah.
Mengenai hal ini, Sudarno (27), salah satu Champion Cabai Indonesia asal Magelang mengaku siap menyerap hasil panen cabai merah besar petani Pati dnegan harga yang cukup tinggi.
“Namun harus dengan syarat petani menanam varietas cabai yang berlaku umum di pasaran,” katanya.
Informasi tambahan, kementerian Pertanian telah melakukan aksi serap cabai di 9 kota besar yang didatangkan langsung dari sentra-sentra seluruh Indonesia. Kegiatan ini dilakukan bersama Badan Pangan Nasional, dinas pertanian dan champion cabai seluruh daerah.
Sementara itu, Widarso, Ketua Kelompok Tani Maju Jaya Desa Ngurenciti, Kecamatan Wedarijaksa menyampaikan terimakasih atas perhatian besar kementan dan juga Champion Cabai Indonesia yang memperhatikan nasib petani cabai selama ini.
Widarso menceritakan pada saat panen awal di bulan Agustus harga cabai besar berkisar antara Rp 18.000-Rp 20.000 per kg. Namun mulai awal September harga cabai ini terus turun hingga berada di harga Rp 4.000-Rp 6.000 dan mengakibatkan kerugian bagi petani.
“Alhamdulillah ada perhatian besar dari pemerintah dan champion cabai. Kami berterimakasih atas perhatian dan dukungannya,” katanya.
Terkahir, Kepala Bidang Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Pati, Sugiharto menyampaikan bahwa di kecamatan Wedarijaksa terdapat areal pertanaman seluas 20 hektare. Adapun jenis cabai yang dibudidayakan merupakan cabai merah besar varietas lokal.
“Produktivitas normal 8,5-12 ton per ha, namun karena adanya serangan tikus yang masif serta perawatan yang kurang maksimal menyebabkan provitasnya turun sekitar 30%-50%. Dengan kondisi pertanaman yang kurang optimal ini, maka petani rencananya akan mengganti tanaman yang rusak dengan pertanaman komoditas hortikultura lainnya seperti bawang merah,” jelasnya.