Terkenal sebagai salah satu sentra produksi bawang merah terbesar, para petani di Probolinggo Jawa Timur memiliki cara unik untuk menjaga produksi dan mengendalikan hama yang menyerang tanamannya. Mereka memasang pengaman yang berfungsi mencegah serangan ulat Spodoptera SP berupa kelambu, sejenis paranet berukuran lebar yang menutup seluruh area lahan budidaya bawang merah. Selain kelambu, juga dipasang lampu dengan tiang tinggi dari bambu sebagai alat perangkap hama, atau populer dikenal dengan light trap. Sekilas terkesan berbiaya mahal, namun kalau dicermati ternyata lebih efektif dan efisien dibanding mengandalkan sepenuhnya pada pestisida kimia. Tak tanggung-tanggung, teknik sederhana ini diklaim mampu menekan biaya pestisida hingga 70% lebih!
Penyuluh Pertanian Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo, Arifin, saat ditemui membeberkan metode penggunaan kelambu dan light trap tiang tinggi untuk pengendalian hama bawang merah tersebut. Kelambu dibentangkan ke seluruh areal tanam, dengan penyangga bambu. Biaya pembelian kelambu baru sekitar 30 juta per hektar, yang bisa bertahan selama 5 tahun. Jika dalam setahun rata-rata tanam 3 kali, maka kelambu tersebut bisa dipakai untuk 15 kali musim tanam. Menurutnya secara perhitungan ekonomis masih lebih menguntungkan dibanding cara penyemprotan pestisida kimia konvensional.
“Katakan harga kelambu, bambu dan lampu light trap tiang tinggi sampai Rp 50 juta per ha, maka per musim tanam hanya kena biaya Rp 3,5 juta per musim. Jika ditambah upah pemasangan dan lain-lain, perkiraan 5 – 6 juta per hektar. Sedangkan kalau pakai pestisida penuh, petani bisa keluar biaya 30 an juta per hektar. Bisa hemat lebih dari 70%. Bagi petani bawang merah Dringu teknologi ini dianggap lebih hemat dan efektif,” terang Arifin. Bagi yang tidak sanggup membeli kelambu baru, petani bisa menyewa kelambu dengan biaya sekitar 6 – 7 juta per hektar, sudah termasuk ongkos pemasangan. Saat ini sudah banyak pelaku usaha setempat yang membuka jasa penyewaan kelambu untuk budidaya bawang merah terutama di Probolinggo.
Mengacu data BPS, saat ini luas tanam bawang merah di Kabupaten Probolinggo mencapai 9.055 hektar dengan produksi 65.172 ton setahun. Sentra utama budidayanya di Kecamatan Dringu, Gending, Tegal Siwalan, Pajarakan, Kraksaan dan Leces. Selain di kecamatan tersebut juga ada di kecamatan lainnya. Varietas yang banyak dikembangkan Biru Lancor, Ronggojalu, Tajuk dan varietas lokal lainnya. Harga bawang merah sepanjang tahun 2025 yang terbilang stabil, membuat para petani semangat untuk menanam.
Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementerian Pertanian, M Agung Sunusi, saat melakukan kunjungan lapang di Kecamatan Dringu Probolinggo, menyebut teknologi kelambu dan light trap tiang tinggi bisa direplikasi ke sentra-sentra bawang merah lainnya dengan memperhatikan karakteristik wilayah masing-masing. “Selain di Probolinggo, teknologi ini juga banyak diterapkan di Enrekang Sulsel. Selain secara ekonomis relatif murah, juga bisa menekan penggunaan pestisida kimia atau sintetis. Tentunya ini lebih ramah lingkungan, dan produk yang dihasilkan akan lebih aman dikonsumsi. Kementerian Pertanian sangat support untuk itu agar produksi aman baik secara kuantitas maupun kualitasnya,” tandas Agung singkat.