Kementerian Pertanian melalui Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dan Balai Besar Peramalan OPT (BBPOPT), Ditjen Tanaman Pangan merespon cepat peningkatan populasi OPT Wereng Batang Cokelat (WBC) yang terjadi di Jawa Timur melalui monitoring lapangan intensif dan kegiatan gerakan pengendalian (gerdal). Sebanyak 2 tim telah diturunkan untuk memantau perkembangan kondisi WBC di Wilayah Kerja (Wilker) Madiun dan Bojonegoro. Untuk Wilker Madiun, tim melakukan monitoring OPT di Kabupaten Madiun, Magetan, Ngawi, sedangkan untuk Wilker Bojonegoro, tim memantau OPT di Kab. Bojonegoro, Tuban, dan Lamongan.
Saat memonitor OPT di Kab Lamongan, Kementan bekerja sama dengan Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Jawa Timur serta petugas lapangan setempat, melakukan pengamatan lapangan di 9 Desa yang terletak di 3 kecamatan yaitu Lamongan, Turi, dan Sukodadi. Menyikapi peningkatan populasi di beberapa lokasi tersebut, telah dilakukan gerdal secara intensif dan massif di titik serangan serta lahan sekitarnya guna mencegah serangan WBC meluas.
Mastur, Koordinator POPT Lamongan melaporkan bahwa memang terjadi serangan WBC dalam 2 minggu pertama Juni. “Kami terus berupaya semaksimal mungkin menekan tingkat serangan WBC melalui kegiatan gerdal yang hingga saat ini telah kami lakukan di 36 titik,” ungkap Mastur.
Pengendalian WBC di lamongan terus digencarkan di minggu ke-4 Juni. Dari Jumat (23/6) hingga Selasa (27/6) pengendalian dilakukan bersama-sama di 7 titik.
Kepala LPHP Wilker Bojonegoro, Ahmad Fadlori menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada Kementan atas cepat tanggapnya dan menegaskan bahwa menurunkan populasi WBC menjadi prioritas saat ini. “Melihat kondisi iklim seperti saat ini, populasi WBC memang cenderung meningkat. Gerdal WBC akan terus kami lakukan paling tidak hingga minggu ke-2 Juli nanti,” jelas Ahmad.
Dihubungi terpisah, Plt. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Bambang Pamuji menuturkan bahwa terkait peningkatan populasi WBC di lapangan, petugas dan petani telah diminta untuk melakukan pengamatan lebih intensif. “Kami juga telah meminta kepada BPTPH untuk melakukan pemetaan wilayah-wilayah endemis OPT sehingga dapat menjadi prioritas pengendalian,” ungkap Bambang.
Merespon hal tersebut, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi menghimbau seluruh jajaran di tingkat pusat maupun daerah untuk meningkatkan kewaspadaan OPT dalam mengamankan pertanaman pangan. “Lakukan pengamatan rutin secara intensif sebagai bentuk deteksi dini. Pastikan juga sarana pengendalian OPT siap di masing-masing wilayah. Sesuai arahan Bapak Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo bahwa kita harus terus ada untuk petani serta mendampingi dan mengawal pertanamannya agar tetap sejahtera dan panen melimpah,” pungkas Suwandi.