Produksi nasional kentang saat ini mencapai 1,4 juta ton yang terhitung cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi nasional. Produksi kentang tersebut didominasi jenis kentang sayur. Sedangkan untuk bahan baku kentang olahan terutama potato chips dan french fries sebagian besar masih diimpor dari berbagai negara seperti Perancis, India, Jerman, Australia dan Amerika Serikat. Impor kentang bahan baku potato chips pada 2022 lalu sekitar 74 ribu ton baik dalam bentuk benih maupun segar.
Beragam upaya terus dilakukan Kementerian Pertanian guna mengurangi angka ketergantungan impor kentang bahan baku industri tersebut. Terbaru, Direktorat Jenderal Hortikultura menggulirkan program kemitraan produksi benih kentang industri antara petani champion dengan industri selaku produsen sekaligus offtaker. Targetnya, benih dan bahan baku kentang industri secara bertahap bisa dipenuhi oleh petani dalam negeri.
“Tahun ini dimulai penanaman 120 hektar kentang varietas Chitra kelas G2. Seluas 70 hektar ditanam di Sembalun Lombok Timur, 50 hektar sisanya di Ngablak dan Pakis Kabupaten Magelang. Nanti seluruh hasil panennya akan diserap oleh PT Indofood dan PT Calbee Wings selaku offtaker untuk dijadikan calon benih G3,” ujar Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto saat menyaksikan penandatanganan perjanjian kerja sama penyerapan calon benih kentang industri di Jakarta, Senin (24/7).
Menurut Prihasto, bedanya dengan program lain, hasil panen kentang yang akan diserap tersebut akan diproses menjadi benih sebar kelas G3 oleh offtaker atau mitra industri. “Petani menanam dari benih G2, selanjutnya hasil panen diserap untuk disimpan dan diproses oleh offtaker sebagai calon benih G3. Nah, benih G3 inilah yang nantinya akan dibagikan lagi ke petani plasma Indofood dan Calbee untuk ditanam yang hasilnya akan diserap kembali oleh industri sebagai bahan baku olahan keripik atau chips,” terang Prihasto. “Biasanya industri melakukan kemitraan tanam dengan petani menggunakan benih setara G3 asal impor. Bahkan bahan baku kentangnya pun juga impor. Ini yang akan kita ubah, agar ketergantungan terhadap benih dan bahan baku segar untuk industri olahan keripik kentang atau chips ini bisa kita kurangi secara bertahap,” imbuhnya.
Dalam program ini, Kementerian Pertanian memberikan bantuan paket benih kentang varietas Chitra G2 beserta sarana produksinya kepada kelompok tani yang dikoordinir oleh Petani Champion. Dari areal tanam 120 hektar, diharapkan bisa dihasilkan kentang calon benih G3 sebanyak 1.800 ton. Selanjutnya benih G3 akan ditanam petani plasma untuk menghasilkan kentang bahan baku chips. Jika skema tersebut berjalan terus menerus, diyakini ketergantungan terhadap impor bisa dikurangi.
Turut disaksikan Kepala Dinas Pertanian Magelang serta Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Lombok Timur, petani champion kentang asal Ngablak Magelang, Agus Wibowo mengaku tertarik menggeluti agribisnis kentang karena hasilnya cukup lumayan.
“Daerah Ngablak Magelang sangat cocok untuk budidaya kentang, termasuk jenis kentang industri seperti Atlantik dan Chitra. Petani udah biasa menanam dan bermitra dengan industri seperti Indofood dan Calbee. Kami optimis program Kementan ini bisa berjalan sukses,” kata Agus.
Senada, petani champion kentang Sembalun Lombok Timur, Nurdin Azis, mengapresiasi inisiatif Kementan untuk melibatkan petani dalam upaya mengurangi impor kentang bahan baku industri. “Sembalun siap menjadi pusat perbenihan kentang nasional,” pungkasnya.