JAKARTA – Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman bergerak cepat melakukan antisipasi dampak El Nino dengan melakukan akselerasi percepatan tanam di sejumlah daerah. Upaya tancap gas ala Mentan Amran ini dilakukan sebagai bukti konkrit dalam menekan kebijakan impor.
Saat ini ada lebih dari 10 juta hektar lahan rawa yang berpotensi menambah daya gedor produksi nasional. Dari semua lahan tersebut, beberapa diantaranya sudah menghasilkan produktivitas sebanyak 5 ton per hektar.
“Memang baru 5 ton, tapi ke depannya kita akan tingkatkan menjadi 7 ton per hektar. Jadi yang IP nya 1 kita naikan jadi 2 atau menjadi 3. Semuanya perlu kolaborasi dan kerja keras untuk memaksimalkan lahan rawa yang ada”, ujar Mentan Amran.
Terpisah, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan El Nino membuat curah hujan berkurang signifikan. Maka salah satu upayanya adalah mencari sumber pengairan alternatif, di antaranya adalah pemanfaatan ground water atau air tanah dan air permukaan seperti danau, kolam, sungai dan lainnya.
“Yang harus diingat juga, pemanfaatan air itu harus efisien dan hemat. Sawah itu tak harus tergenang terus. Berarti penggunaan air di lahan pertanian kita harus efisien. Kadang digenangi, kadang dikeringkan. Oksidatif dan reduktif harus seimbang”, ujar Kabadan Dedi.
Kabadan Dedi menambahkan bahwa di sisi lain, tanah yang berada di dekat akar harus relatif dalam kondisi lembab. Tujuannya agar pertanaman kita tetap segar. Oleh karenanya, harus dilakukan konservasi di wilayah tersebut.
Memasuki hari kedua acara Pelatihan Peningkatan Kapasitas Penyuluh Pertanian yang dikemas secara virtual melalui Acara Ngobrol Asyik (Ngobras) Penyuluhan edisi Talkshow, hadir sebagai narasumber Penyuluh Pertanian Pusat, Siti Nurjanah menjelaskan bahwa meningkatnya suhu perairan di Pasifik timur dan tengah mengakibatkan meningkatnya suhu dan kelembaban pada atmosfer yang berada di atasnya. Di Indonesia, El Nino akan berpengaruh pada pendinginan suhu permukaan laut di Indonesia dan sebaliknya, ujarnya.
Dukungan secara penuh yang diberikan oleh BPPSDMP terhadap program Gernas Penanganan Dampak El Nino diantaranya melalui upaya peningkatan peran penyuluh pertanian dalam kegiatan pengawalan dan pendampingan pembangunan pertanian yang saat ini difokuskan pada kegiatan pengawalan penanggulangan dampak El Nino di 10 provinsi dan 115 kabupaten.
“Untuk mengantisipasi musim rendeng dimana berdasarkan info BMKG bahwa musim hujan/jadwal tanam akan mundur 1- 3 dasarian, sehingga diharapkan penyuluh pertanian dapat mengawal dan memastikan ketersediaan sarana produksi, transfer inovasi teknologi pertanian dan melakukan pendampingan kepada petani untuk memastikan usaha tani yang dilaksanakan dapat berjalan dengan sebaik-baiknya”, jelas Nurjanah.
Narasumber lainnya, Reza Oktorio selaku Programmer dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (Ditjen. TP) mengatakan untuk aplikasi e-reporting, sumber data polygon cpcl berasal dari data BAST salur. Sedangkan polygon SIMLUHTAN berasal dari data kelompok tani yang terdaftar di aplikasi SIMLUHTAN.
“Saat ini Ditjen TP bekerjasama dengan BPPSDMP untuk digitalisasi polygon berdasarkan aplikasi Simluhtan. Hasil dari polygon tersimpan di Simluhtan, sedangkan untuk follow up melalui petugas data di kabupaten atau BPP. Selain itu, Ditjen TP sudah dapat tracking digitalisasi terkait benih salah satunya melalui mutu fisik, patologis dalam bentuk label QR code yang di scan di HP dan langsung terkoneksi ke Pusat Data dan Informasi (Pusdatin), tutupnya. (HV/NF)