JAKARTA – Berkat direktif langsung dari Presiden Prabowo Subianto, Indonesia mampu memberikan pengaruh yang besar terhadap pasar beras internasional. Hal ini merupakan implikasi dari keputusan tidak adanya importasi beras untuk tahun 2025 ini.
Menteri Pertanian (Mentan)/Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Andi Amran Sulaiman menyatakan pencapaian tersebut adalah bagian besar dari kontribusi petani Indonesia. Dengan menguatnya produksi beras dalam negeri yang mampu menopang konsumsi masyarakat turut pula mempertebal stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP).
“Yang menarik adalah Indonesia berkontribusi menurunkan pangan dunia. Jadi Indonesia, petani Indonesia berkontribusi menurunkan harga beras dari sekitar 650 dollar per ton, turun menjadi 371 sekarang,” ungkap Amran dalam Rapat Pengendalian Inflasi di Kementerian Dalam Negeri, Jakarta pada Selasa (4/11/2025).
“Itu karena Indonesia sebelumnya adalah importir besar. Tiba-tiba alhamdulillah berkat gagasan besar Bapak Presiden Prabowo, kita menghentikan impor,” tambah dia.
Berdasarkan data perkembangan harga beras putih 5 persen (Free on Board) dari beberapa negara eksportir beras, terlihat rerata harga beras dari Thailand, Vietnam, Pakistan, dan Myanmar pada Januari 2024 masih berada di rentang harga USD 622 sampai 655 per metrik ton.
Selanjutnya pada minggu ketiga Desember 2024 yang merupakan momen pengumuman stop impor beras Indonesia, harga beras dari 4 negara tersebut di pasar internasional mulai menurun di rentang USD 455 sampai 514 per metrik ton.
Sementara menukil The FAO All Rice Price Index (FARPI) menyebutkan indeks di Desember 2024 menurun 1,2 persen dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 119,2 poin. Indeks FARPI terbaru di September 2025 pun semakin rendah di 100,9 poin.
“Dan berita menarik lainnya, terima kasih Ibu Kepala BPS (Badan Pusat Statistik). Pengumuman BPS kemarin, diprediksi bahwa produksi beras kita di tahun 2025 mencapai 34,77 juta ton. Ini kenaikan tertinggi, stok kita tertinggi. Ini berkat kerja keras kita semua,” kata Amran lagi.
Akselerasi produksi beras nasional di tahun ini terdapat selisih lebih atau surplus 4,15 juta ton terhadap produksi beras 2024 yang berada di 30,62 juta ton. Proyeksi produksi beras Januari-Desember 2025 tersebut juga telah melampaui angka kebutuhan konsumsi beras setahun secara nasional.
Menurut Proyeksi Neraca Beras Tahun 2025 yang disusun Bapanas bersama kementerian/lembaga terkait, kebutuhan konsumsi beras di 2025 berkisar 30,97 juta ton. Dari itu tercipta surplus antara produksi dan konsumsi beras sebesar 3,8 juta ton.
Dalam data BPS, indeks harga yang diterima padi di Oktober 2025 pun terus meningkat dibandingkan awal tahun 2025. Di Januari 2025 indeks tersebut masih berada di 136,78. Lalu di Oktober 2025 meningkat menjadi 146,24. Hal ini menandakan kesejahteraan petani padi Indonesia meningkat seiring produksi beras nasional yang mengalami eskalasi.
Di samping memastikan upaya menjaga harga di tingkat petani berjalan baik, pemerintah pun telah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Pengendalian Harga Beras. Satgas ini melibatkan unsur Kepolisian Republik Indonesia (Polri), Kementerian Perdagangan, Bapanas, Perum Bulog dan pemerintah daerah.
“Perlu kami sampaikan juga ke depan, kami sudah bentuk dan minta Bapanas terhadap seluruh daerah yang harga beras masih tinggi, agar langsung turun. Buka posko di tempat itu. Kita bangun sistem yang baik dengan kolaborasi,” papar Mentan/Kepala Bapanas Andi Amran Sulaiman.
“Dan Bulog itu untuk intervensi pasar dengan berasnya. Kemudian Bapanas memantau sebagai regulator, bekerja sama dengan perdagangan dan Dirkrimsus seluruh Indonesia. 51 kabupaten, tim kami turunkan, terutama, tadi beras medium di Papua, memang agak berat, karena beras harus naik pesawat. Tapi yang terpenting sekarang adalah kita swasembada beras, berkat hasil kerja keras kita semua,” pungkasnya.
Adapun Satgas Pengendalian Harga Beras Tahun 2025 dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional Republik Indonesia Nomor 375 Tahun 2025 tanggal 20 Oktober 2025. Sampai 1 November, Satgas telah melaksanakan pengawasan hingga 5.648 titik di seluruh Indonesia yang terdiri dari produsen, distributor, grosir, ritel modern, dan pengecer.