Benih adalah penciri produktivitas. Benih yang bagus akan menghasilkan produk yang bagus, sehingga dikarenakan posisi benih yang sangat strategis maka benih juga disebut pondasi pertanian. Hal tersebut tergambar dalam Bimtek Propaktani Episode 1059 dengan tema “Menumbuhkan Minat Penangkar Benih” (Kamis/7-12-2023).
Sabri M. Amin dari Dewan Pertimbangan Organisasi Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional mendukung tumbuhkembangnya usaha penangkaran benih melalui pengurus kelompok tani. “Dalam usaha penangkaran benih padi tidak ada ruginya. Jika misal dalam proses tidak lulus uji atau tidak laku terjual sebagai benih maka bisa dijadikan beras konsumsi. Usaha penangkaran benih sangat menjanjikan, sebagai contoh penangkar benih di Lombok sekarang mampu menghasilkan output benih sampai dengan 200-500 ton. Kami lebih cenderung untuk menumbuhkembangkan usaha penangkaran benih melalui pengurus kelompok tani yang sudah maju atau kelas utama karena biasanya mereka memliliki sumberdaya dan permodalan yang kuat”, ujar Sabri.
Sutatang dari KTNA Indramayu Jawa Barat mendorong penangkar benih memproduksi benih varietas unggul baru. “Kami bersyukur atas support Kementerian Pertanian dengan memberikan bantuan benih varietas unggul baru. Dengan mengunakan benih varietas unggul baru akan meningkatkan produksi yang cukup tinggi. Bisnis penangkaran benih sangat menjanjikan dibandingkan beras konsumsi. Harganya pun lebih tinggi dibandingkan beras konsumsi. Kami juga berharap agar ada dukungan Kementerian Pertanian untuk terus meningkatkan kualitas penangkar benih melalui support fasilitas dalam usaha penangkaran sehingga menghasilkan produk benih yang mampu bersaing”, sebut Sutatang.
Petani Penangkar Benih Pasaman Sumatera Barat Zul Hamdan menceritakan pengalamannya terjun dalam usaha penangkaran benih. “Awal mula ketertarikan terjun dalam usaha penangkaran benih adalah mahalnya harga benih di Kabupaten Pasaman karena benihnya berasal dari luar Kabupaten sehingga ada biaya ongkos kirim yang tinggi. Tekad kami menjadi penangkar benih agar mampu menurunkan harga benih yang beredar di Kabupaten Pasaman. Awalnya kami hanya mampu memproduksi benih sebanyak 1-2 ton dan kini dengan pendampingan PPL dan Dinas Pertanian setempat serta semakin banyak petani yang tertarik terjun sebagai penangkar benih, kami telah mampu produksi benih dapat mencapai 35 ton”, ungkap Zul Hamdan.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi turut mendorong tumbuhnya penangkar-penangkar benih baru terutama di luar pulau Jawa untuk mensukseskan peningkatan produksi pangan. “Dalam pengelolaan benih terdapat sistem perbenihan yang meliputi pemuliaan (riset dan penemuan varietas-varietas unggul baru), produksi dan distribusi atau pemanfaatan. Dalam salah satu komponen sistem perbenihan yaitu produksi ada peran para penangkar benih. Peran penangkar benih berbeda dengan petani. Jika petani memproduksi atau menghasilkan produk pertanian untuk dikonsumsi, maka penangkar benih memiliki peran menanam dan menghasilkan output, dan outputnya kemudian dijadikan benih. Perbedaan lainnya adalah pada penangkaran benih terdapat teknik perlakuan serta diawasi oleh Balai Pengawasan dan Sertfikasi Benih (BPSB)”, jelas Suwandi.
“Selama ini penangkar benih masih didominasi dari pulau Jawa yang mengirimkan benih-benih produksinya ke luar Jawa sehingga berdampak pada biaya ongkos kirim yang besar. Kami mendorong agar lebih banyak penangkar-penangkar benih yang dihasilkan di luar Jawa sehingga dapat mencukupi wilayahnya sendiri dan mengurangi biaya ongkos kirim. Kementerian Pertanian siap memberikan support agar usaha penangkar-penangkar benih dapat tumbuh dengan baik. Dengan semakin banyaknya penangkar benih, maka akan turut menggerakkan dan mengakselerasi peningkatan produksi pangan di Indonesia”, lanjut Suwandi
“Sesuai arahan Menteri Pertanian Amran Sulaiman agar kita semua fokus dan bergerak untuk peningkatan produksi pangan, terutama pada produktivitas padi dan jagung, juga kualitas hasil guna mensejahterakan petani”, pungkas Suwandi.
Sebagai informasi KSA BPS bahwa luas panen padi tahun 2023 diperkirakan 10,20 juta hektar dengan produksi 53,63 juta ton GKG atau setara 30,90 juta ton beras. Sedangkan luas panen jagung (pipilan) tahun 2023 diperkirakan 2,49 juta hektar dengan produksi 14,46 juta ton dengan kadar air (KA)14%. Pada tahun 2024, Kementerian Pertanian menargetkan produksi padi sebesar 55,42 juta ton dan produksi jagung mencapai 23,34 juta ton.