JAKARTA – Industri sawit Indonesia berperan penting untuk perekonomian Indonesia dengan kinerja perdagangan kelapa sawit yang terus meningkat.
Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengatakan dalam perekonomian makro ekonomi Indonesia, industri minyak sawit memiliki peran strategis. Diantaranya adalah penghasil devisa terbesar, lokomotif perekonomian nasional, kedaulatan energi, pendorong sektor ekonomi kerakyatan, dan penyerapan tenaga kerja. Selain itu, perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang cepat serta mencerminkan adanya revolusi perkebunan sawit.
“Komoditi kelapa sawit adalah komoditi andalan Indonesia yang memiliki prospek hari ini, besok dan kedepan yang makin terbuka makin baik menjadi komoditi yang diminati dunia bahkan berkontribusi pada kehidupan bangsa besok yang lebih baik”, ujar Mentan Syahrul.
Mentan Syahrul mengungkapkan jika perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang di 26 provinsi di Indonesia. “Dua pulau utama sentra perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Sumatera dan Kalimantan, ujarnya.
Senada dengan hal tersebut Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi pada acara Mentan Sapa Petani Penyuluh (MSPP) Volume 30, Jum’at (25/08/2023) secara virtual dari Bali mengatakan bahwa sumber daya manusia mempunyai peran penting dan strategis dalam sistem produksi kelapa sawit.
“Kementan sesungguhnya terus berupaya terus meningkatkan produktivitas sawit, karena sawit merupakan andalan produksi Indonesia”, ujar Kabadan Dedi.
Kepala Badan Dedi mengatakan pengembangan SDM tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja saja, tetapi harus mampu menghadapi tantangan dan berperan aktif dalam menciptakan sistem industri kelapa sawit yang sustainable.
Sedangkan menurut Narasumber MSPP, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Direktorat Jenderal Perkebunan, Prayudhi Syamsuri menjelaskan bahwa sebagai industri padat karya, jutaan masyarakat bergantung pada industri sawit Indonesia. Pertumbuhan industri sawit akan berperan penting pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Peran kelapa sawit antara lain sebagai ekspor terbesar, lebih besar dari Migas dengan total Nilai Ekspor sebanyak US$ 16,53 Milyar berdasarkan data tahun 2018”, ujar Prayudhi.
Prayudhi Syamsuri menambahkan bahwa dari produktivitas perhektar, dapat dikatakan komoditas kelapa sawit membutuhkan paling sedikit lahan untuk produksi jumlah yang sama minyak nabati.
Produktivitas minyak kelapa sawit dapat mencapai 4 ton/ha, sedangkan untuk menggantikan minyak kelapa sawit dengan minyak nabati lainnya membutuhkan lahan yang lebih masif, pungkasnya. (HV/NF)