Durian dikenal dengan rajanya buah-buahan, sangat disukai masyarakat Indonesia. Buah dengan nama latin Durio zibethinus Murr memiliki cita rasa daging buah perpaduan legit, manis, dan sedikit pahit. Keunikannya ini menjadi daya tarik tersendiri bagi penikmatnya. Tercatat pada 2022, produksi durian terbesar dibandingkan dengan buah lain yaitu sebanyak 1,71 juta ton. Kenyataan di lapangan, sangat sulit menemukan durian unggulan nusantara. Masih terdapat pedagang menjual durian impor yang tidak diproduksi di Indonesia.
Sampai dengan Juni 2024, Kementerian Pertanian telah menerbitkan 120 varietas durian unggul nusantara yang tersebar di beberapa wilayah. Kementerian Pertanian berupaya untuk menjadikan durian unggulan nusantara menjadi raja di rumah sendiri. Dari hasil koordinasi internal, ditetapkan tujuh varietas unggul yang akan difasilitasi pemeliharaan dan penyebaran pohon induknya. Ketujuh varietas tersebut di antaranya Mas Ajay (Kab. Aceh Jaya); Malika (Kota Semarang); Perwira (Kab. Majalengka); Si Seupah (Kab. Pandeglang); Matahari (Kab. Bogor); Petruk (Kab. Jepara); dan Serumbut (Kab. Sanggau). Pertimbangan pemilihan didasarkan pada keunggulan karakter warna, rasa dan edible portion.
“Perlunya dukungan dari semua pihak untuk mengembangkan durian unggulan nusantara menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Dukungan dari Pemerintah Daerah, peran serta masyarakat sekitar dan instansi terkait sangat penting untuk pengembangan durian Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” ujar Direktur Perbenihan Hortikultura, Inti Pertiwi Nashwari dalam keterangan tertulis, Selasa (25/6/2024).
Dari tujuh varietas unggul tersebut, lanjut Inti, durian Malika merupakan salah satu yang terpilih akan difasilitasi. Durian Malika adalah durian yang telah tumbuh semenjak zaman sebelum Indonesia merdeka. Pengembangan durian Malika akan diarahkan ke Balai Benih Hortikultura (BBH) yang ada di seluruh Indonesia.
“Setiap BBH akan diberikan bantuan benih sumber durian Malika. Harapannya, varietas ini dapat berkembang di setiap daerah,” terangnya.
Pemilik Pohon Induk Tunggal (PIT), Suhali mengatakan bahwa durian Malika sendiri telah berusia ratusan tahun dan memiliki keunikan tersendiri.
“Saat ini durian telah berusia 125 tahun. Rasanya legit dengan warna yang sangat menarik, yakni kuning keemasan. Pertumbuhan tajuk tanamannya rimbun sehingga menghasilkan buah yang sangat banyak,” ujar pemilik Pohon Induk Tunggal (PIT), Suhali.
Berdasarkan informasi dari PBT Semarang, Wulan mengatakan bahwa selain dapat menghasilkan buah yang banyak, PIT durian dapat juga dijadikan sebagai sumber benih.
“Saat ini tersedia 22 duplikat PIT yang siap dikembangkan sebagai sumber entres. Dalam satu tahun, PIT bisa menghasilkan 15 ribu. Sementara untuk duplikat PIT menghasilkan 4 ribu entres karena usia tanaman yang masih 4 tahun,” terang Wulan.
Wulan berharap, dengan potensi yang ada pada durian Malika ini, pengembangan durian Malika tidak hanya terbatas di wilayah Semarang saja karena tentu terkendala pada ketersediaan lahan.