JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) terus meningkatkan produksi dan produktivitas pertaniannya melalui program-program andalannya. Sektor pertanian terbukti menjadi sektor terkuat di Indonesia maupun dunia dalam menghadapi berbagai macam krisis, baik pandemi Covid-19 maupun climate change.
Kementan beserta jajarannya terus mendorong para petani untuk membuat Indonesia menjadi negara paling kuat terhadap ancaman kekeringan El Nino maupun krisis global dunia. Diantaranya dengan mengembangkan tanaman hortikultura di seluruh Indonesia.
Pada acara Mentan Sapa Petani dan Penyuluh (MSPP) Volume 36 bertemakan “Pengembangan Kampung Buah”, Jumat (06/10/2023, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan komoditas hortikultura merupakan komoditas unggulan yang menghasilkan keuntungan besar, sehingga menghasilkan uang yang banyak.
“Saat ini petani milenial banyak yang bergelut di bidang hortikultura diantaranya yang memiliki potensial ekspor seperti buah manggis, duku juga sayuran serta tanaman hias karena potensial buah dan sayuran tropikal yang luar biasa”, jelas Kabadan Dedi.
Menurut Narasumber MSPP, Direktur Buah dan Florikultura Liferdi Lukman mengatakan bahwa arah strategi pembangunan buah tahun 2021 sampai dengan 2024 diantaranya adalah Pengembangan Kampung Buah, Penumbuhan UMKM Buah berupa bantuan sarana prasarana pascapanen dan pengolahan, dan Modernisasi Buah melalui pengembangan Sistem Informasi (SI) serta kegiatan pembangunan buah dari hulu hingga hilir.
Pengertian dari Kampung buah itu sendiri adalah terbangunnya kawasan buah skala ekonomi dengan pengawalan dan pendampingan intensif dari hulu hingga hilir dan difasilitasi akses permodalan atau KUR. Selain itu juga ada mekanisasi, pengairan, kelembagaan, pemasaran, urai Liferdi.
Program Kampung buah harus dilihat dari berbagai sisi. Pertama, sebagai upaya diversifikasi mitigasi perubahaan iklim. Kedua, mendorong peningkatan produksi yang dihasilkan dari pohon buah.
“Jadi kami berharap program kampung buah ini betul-betul bisa dirasakan masyarakat luas, anak cucu generasi penerus,” katanya.
Kampung hortikultura merupakan program prioritas yang diharapkan dapat menjadi solusi peningkatan produksi dan pemenuhan pangan. Bahkan sekaligus menjadi legacy Direktorat Jenderal Hortikultura untuk pertanian Indonesia.
Tujuan dikembangkannya kawasan Kampung Hortikultura adalah agar Indonesia memiliki daerah terkonsentrasi yang menjadi sumber budidaya hortikultura. Dengan demikian dapat menghasilkan produk segar dan olahan berdaya saing serta memudahkan akses pemasarannya.
“Kampung Hortikultura ini bertujuan agar kita memiliki daerah yang menjadi sumber budidaya hortikultura yang terkonsentrasi sehingga memudahkan akses pasarnya”, tegasnya
Untuk mengembangkan sebuah desa menjadi kawasan Kampung Buah menurut Liferdi diperlukan empat syarat utama.
Pertama adalah kesesuaian agroekosistem terhadap komoditas yang dikembangkan. Lalu Kedua, semangat dan dukungan dari masyarakat setempat. Jadi masyarakat penerima manfaat dari pengembangan kampung buah mempunyai keinginan tinggi dan antusias. Jadi pemerintah tidak sekadar memberikan bantuan.
“Walaupun nantinya masyarakat tidak punya keinginan tinggi, bantuan pemerintah belum tentu akan dipelihara, dirawat dengan sebaik-baiknya. Kita menginginkan agar bantuan ini nantinya menghasilkan. Jadi penerima manfaat adalah yang punya keinginan yang betul-betul,” tegasnya.
Ketiga, komitmen Pemerintah Daerah untuk pendampingan dan pengawalan. Diharapkan suport dan komitmen tinggi dari Pemda sehingga program ini tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan daerah saja, tapi bisa mensupport kegiatan peningkatan ekspor tiga kali lipat.
Yang terakhir Keempat, terbangun dalam satu kesatuan administrasi desa. Artinya, program kampung buah minimal ada dalam 1 desa atau dalam 1 kampung minimal 10 ha.
Untuk varietas yang dikembangkan adalah varietas yang unggul yang disukai pasar. Sebab, kita harus menjawab kebutuhan pasar.
“Kalau itu mau kita rancang untuk ekspor, kita harus tahu negara mana yang kita tuju, sehingga yang diproduksi adalah yang dibutuhkan pasar, ujar Liferdi.
Selain itu perlu adanya kolaborasi semua pihak dalam mengatasi permasalahan dalam pengembangan buah dan florikultura di Indonesia, tutup Liferdi. (HV/NF)