• January 15, 2025

Langkah Mitigasi Dampak Perubahan Iklim, Ditjen Hortikultura Lakukan Pengukuran Stok Karbon ke Berbagai Pulau

Sulteng (10/7) – Untuk memastikan kemampuan durian dalam penyerapan stok karbon, Direktorat Jenderal Hortikultura bersama Institut Pertanian Bogor melakukan pengukuran stok karbon di Kecamatan Parigi Selatan, Kabupaten Parigi Moutong. Desa Sumber Sari, merupakan kampung durian dengan luasan sekitar 500 hektare. Tanaman yang diukur terdiri dari berbagai tingkatan umur mulai dari 0-10 thn, 10-20 tahun hingga lebih dari 20 tahun.

Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto mengatakan bahwa mitigasi dampak perubahan iklim dapat dilakukan dengan pengembangan kampung durian. Saat ini terdapat jutaan pohon durian dalam bentuk kampung durian.

“Untuk tanaman durian, kita memiliki 7 juta pohon. Total kampung durian sampai tahun 2022 mencapai 422 kampung durian. Tentunya ini menjadi peluang yang sangat besar dalam rangka penyerapan stok karbon durian,” ujar Prihasto dalam keterangan tertulis, Senin (10/7).

Direktur Perlindungan Hortikultura, Jekvy Hendra menjelaskan bahwa kebijakan dampak perubahan iklim sub sektor hortikultura dapat dilakukan melakukan melalui beberapa pendekatan.

“Pendekatan dampak perubahan iklim bisa melalui langkah antisipasi, mitigasi dan adaptasi. Kami akan terus melakukan langkah cepat dan terobosan di lapangan untuk mengatasi dampak perubahan iklim. Tim bergerak cepat melakukan langkah mitigasi dengan pengukuran carbon stok pada buah tahunan khususnya komoditas durian di Parigi Mautong Provinsi Sulteng,” terang Jekvy.

Petani di Kecamatan Parigi Selatan sudah lama melakukan penanaman durian. Ada di antaranya tanaman durian berumur di atas 40 tahun.

“Varietas yang kami kembangkan kebanyakan otong dan pengembangan varietas lokal,” ujar petani sekaligus penangkar benih durian, Maria.

Senada, petani durian lain, Thomas, pemilik lahan 6 hektare pohon durian yang menanam durian sejak 1973 menyebutkan dirinya saat ini memiliki 500 pohon.

“Di Desa Sumber Sari ini saya menanam dengan kerapatan 10 m x 10 m dengan varietas otong dan lokal super. Biasanya saya panen dua kali dalam setahun yaitu Maret dan kisaran Juni – Juli. Kami sangat senang dengan adanya petugas dari Jakarta untuk melakukan pengukuran di lokasi kami. Ternyata durian yang kami tanam disamping bernilai ekonomi juga berperan menjaga lingkungan,” seloroh Thomas.

I Putu Santika Yasa, dosen IPB yang membersamai pengukuran stok karbon durian mengatakan bahwa metode pengukuran yang dilakukan adalah pengambilan sampel non destruktif atau tanpa melukai tanaman. Pengukuran stok karbon dilakukan untuk mengetahui potensi penyerapan karbon di suatu wilayah.

“Komoditas durian diketahui sebagai komoditas unggulan sebagai upaya mitigasi dampak perubahan iklim untuk mengurangi emisi karbon. Oleh karena itu kita perlu mengetahui perhitungan stok karbon pada suatu komoditas,” papar Putu.

Putu menambahkan, karbon disimpan tanaman dalam berbagai lokasi yang disebut dengan carbon pool meliputi tegakan atas permukaan, bawah permukaan, serasah, tanaman bawah dan tanah.

“Penghitunga total karbon yang mampu disimpan tanaman dilakukan pada ke lima lokasi tersebut. Pendekatan yang digunakan tidak melukai tanaman. Jadi langkah yang dilakukan dengan mengukur parameter -parameter yang bisa digunakan untuk menduga biomassa yang pada akhirnya bisa diduga cadangan karbon pada suatu tanaman,” paparnya.

Koordinator Dampak Perubahan Iklim Ditjen Hortikultura, Agung Sunusi saat ditemui di lapangan mengatakan bahwa sejauh ini pengukuran stok karbon dilakukan ke beberapa komoditas buah tahunan. Pengukuran terhadap pohon durian, mangga, manggis, alpukat, jeruk, nangka telah dilakukan di beberapa zona yaitu Zona Jawa, zona Sumatera, zona Kalimantan, zona Nusa Bali termasuk Sulawesi.

“Saat ini kami melakukan pengukuran di Zona Sulawesi. Untuk zona Papua akan dijadwalkan selanjutnya. Diharapkan dengan pengukuran ini petugas dan petani dapat memahami dan mengetahui begitu pentingnya pengukuran karena disamping komoditas durian mempunyai nilai ekonomi, juga mempunyai peran yang cukup besar dalam menyimpan stok carbon sekaligus berperan dalam mitigasi gas rumah kaca,” pungkasnya.

Read Previous

Peluang Ekspor Makin Terbuka: Durian Parigi Muotong, Siap Tampil di Pentas Dunia

Read Next

KEMENTAN LAKSANAKAN JOIN VISIT DENGAN FAO DAN UGM,
PANTAU BELALANG KEMBARA DI PULAU SUMBA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *