Nganjuk – Bertengger di posisi teratas sebagai sentra utama bawang merah di Jawa Timur, Kabupaten Nganjuk memiliki peran penting dalam mengamankan pasokan dan harga bawang merah nasional. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, sepanjang tahun 2023 lalu Nganjuk tercatat mampu memproduksi bawang merah sebanyak 183.757,8 ton dengan luas panen mencapai 16.918 ha. Bulan Mei – Juni sentra terbesar bawang varietas Tajuk tersebut dijadwalkan memasuki musim panen raya.
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman menegaskan pihaknya terus memastikan produksi bahan pangan strategis aman terkendali sepanjang tahun, tak terkecuali bawang merah. Dihadapkan pada berbagai tantangan anomali cuaca, Kementerian yang dipimpinnya terus all out mengupayakan agar produksi tetap berlangsung melalui berbagai program. “Bawang merah kita sudah swasembada. Tak ada alasan produksi kurang. Pupuk tersedia, benih ada, air juga bisa kita upayakan. Berbagai cara kita tempuh agar petani tetap semangat menanam. Ini penting agar pasokan terus terjaga,” ujar Mentan.
Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Andi M Idil Fitri saat dihubungi di Jakarta menyebut harga bawang merah yang sempat bergerak naik beberapa pekan terakhir, salah satunya diakibatkan banjir yang melanda sentra bawang merah di wilayah Pantai Utara Jawa (Cirebon, Brebes, Kendal, Demak, Grobogan dan Pati).
Pria yang akrab disapa Idil tersebut mengatakan bahwa saat ini pihanya tengah menerjunkan tim khusus untuk memantau kondisi riil panen di lapangan. “Wilayah-wilayah sentra di luar Pantura mulai panen bulan Mei ini hingga Juni mendatang, Nganjuk salah satunya”, ungkap Idil.
“Data kami menunjukkan sentra pertanaman bawang merah di Nganjuk tersebar di beberapa kecamatan seperti Gondang, Sukomoro, Rejoso, Nganjuk dan Wilangan. Pertanaman bawang merah di Kabupaten Nganjuk selalu ada sepanjang tahun. Bulan Mei nanti sudah mulai panen, puncaknya Juni insyaAllah pasokan semakin melimpah”, ujarnya.
Saat dikonfirmasi, Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Nganjuk, Fadlin Nuryani, membenarkan musim panen sebentar lagi akan tiba. “Nganjuk akan mulai panen bulan Mei dan jumlah panenan akan terus bertambah hingga awal Juni mendatang. Perkiraan luas panen selama bulan Mei mencapai 529 ha. Panenan menyebar di Kecamatan Gondang, Rejoso, dan sebagian dari Kecamatan Nganjuk. Pertanaman selama bulan April mencapai 1.159 ha dan masih terus bertambah” jelas Fadlin. Pola tanam bawang merah di Kecamatan Wilangan, Rejoso dan Bagor selama setahun yakni padi – kedelai – bawang merah – bawang merah. Sedangkan untuk Sukomoro dan Gondang, melakukan tanam bawang merah 3 – 4 kali dalam setahun.
Akat, Champion bawang merah Kabupaten Nganjuk saat ditemui di lahannya menjelaskan bahwa harga berangsur turun dan pasokan akan aman hingga Idul Adha mendatang. “Khusus untuk wilayah mitra Champion di Kabupaten Rejoso saja akhir Mei akan panen 16 ha dan awal Juni sekitar 130 ha, belum lagi wilayah non mitra champion yang juga ada panenan,” beber Akat. Pihaknya juga menjelaskan bahwa distribusi bawang merah dari satu daerah ke daerah lainnya saling mempengaruhi. Banjir di wilayah Pantai Utara Jawa mempengaruhi naiknya harga, namun pengaruhnya tidak akan lama.
Akat bersama anggota kelompoknya terus berupaya menekan biaya produksi bawang merah dengan mengadopsi teknologi-teknologi ramah lingkungan. Manajemen budidaya yang tepat dengan penambahan input organik, pengaturan jarak tanam dan pengendalian hama dan penyakit untuk menekan biaya produksi. “Pengaturan jarak tanam (15 x 15) dapat menghemat benih hingga 25%. Dalam pengendalian hama, kami pakai likat kuning dan lampu UV yang dipasang di sekeliling lahan. Hal tersebut dapat menekan biaya pestisida hingga 15 juta rupiah per hektarnya,” ungkap Akat.
Lebih jauh Akat berharap adanya Program Listrik Masuk Sawah sehingga disetiap lahan bawang merah dapat dipasang lampu ultraviolet sebagai perangkat hama yang dirasakan efektif dan efisien. “Kalau upaya-upaya tersebut bisa diterapkan akan semakin mengokohkan posisi Nganjuk sebagai sentra utama bawang merah di Jawa Timur,” pungkasnya.