• December 22, 2024

Serap Usulan Petani Cirebon, Kementan Gerakkan Pompanisasi dan Sumur Submersible

Kementerian Pertanian terus memaksimalkan sektornya terutama sektor tanaman pangan demi mencapai target agar mampu memenuhi kebutuhan berasnya sendiri dan melimpah.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi melakukan kunjungan lapang dan bertemu petani di Desa Jagapura Kulon, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, Sabtu, 17/2/24.

Suwandi menyebut, sesuai arahan Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, seluruh jajaran Kementan harus terus ke lapangan, bertemu langsung dengan petani agar bisa menyerap aspirasi, mendengar keluhan dan usulan apetani.

“Sesuai arahan Pak Mentan, kami konsisten untuk mendengar, menyerap dan merealisasikan apa yang dibutuhkan petani guna memacu percepatan tanam padi” kata Suwandi.

Di Cirebon, Suwandi mencatat luas tanam padi Februari mencapai 10.959 hektare.

“Total di akhir Februari targetkan 17.000 hektar akan ditanami padi” papar dia.

Sementara, untuk luas baku sawah Cirebon yakni 53.471 hektare, diantaranya lahan irigasi 46.767 hektare, dan luas tadah hujan 6.704 hektare.

“Dari seluruhnya seluas 45.050 hektare, biasa ditanami padi dan lainnya seperti hortikultura, palawija dan perkebunan. Sementara yang tidak ditanam 136 hektare, namun kita usulkan untuk segera ditanami” papar dia.

Musim tanam padi di Cirebon dimulai pada Oktober hingga Januari ditanam seluas 26.495 hektare. Sementara di Kecamatan Gegesik ada 5.200 hektare dan sebagian yang belum ditanam supaya dikejar untuk ditanami dengan mengatasi genangan air.

Di bulan Februari ditanami seluas 3.700 hektare, sisanya yang 2.000 hektare akan ditanam di Maret, sekarang persemaian, sampai saat ini belum bisa ditanam karena tergenang air.

“Kemudian mencari lahan kering, tadah hujan dan bera untuk ditanami dan butuh sarana seperti pompanisasi Sungai Cimanuk untuk meng-cover 20.561 hektare di dua kecamatan. Bagi hamparan yang indek tanam IP100 agar ditingkatkan menjadi IP200 dan IP300 dengan mensolusi kesiapan air” jelas dia.

“Kita akan mengidentifikasi berapa kebutuhan pompa dan eksisting untuk memenuhi kebutuhan air untuk proses produksi” jelas dia.

Selain itu Suwandi menyoroti tantangan serius ketersediaan air yang cukup selama musim tanam padi dan menganjurkan kepada petani pemilik lahan dan bagi lokasi yang sesuai layak, agar membuat sumur dangkal maupun sumur submersible guna memasok air, sedangkan untuk hamparan yang dekat sungai dapat dilakukan pompanisasi dan selang maupun pipa”

”Sumur submersible ini efektif mensolusi air di lokasi lahan dan lahan kering, ada banyak lokasi lahan cukup dengan sumur dangkal, pompa air sungai dengan penggerak dinamo, sehingga sangat efisien energinya bersumber dari tenaga listrik, dinas pertanian kabupaten agar bekerjasama dengan PLN setempat, dengan payungnya sudah ada MoU Kementan dengan PLN, Terangnya

“Seperti di daerah Ngawi Jawa Timur, itu para petani di lahan tadah hujan lahan kering, dan lahan sawah irigasi non teknis secara swadaya menggunakan teknologi sumur submersimble sekitar 19.000 unit dan di Sragen sekitar 23.000 unit ini sangat dibutuhkan di musim gadu kemarau sehingga mensolusi air secara berkelanjutan” tambahnya.

Read Previous

Kementan Dukung Pengembangan Padi, Jagung dan Kedelai di Kabupaten Jeneponto

Read Next

Sambangi Tegal, Kementan Tindak Lanjuti Permasalahan Petani

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *