
JAKARTA – Selama pandemi, sektor pertanian masih tetap mengalami pertumbuhan yang positif di antara sektor lainnya. Meskipun demikian, ketahanan pangan bagi rakyat harus terus terjaga.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) menekankan pentingnya diversifikasi pangan dengan mengoptimalkan potensi dan keragaman sumber daya pangan lokal sebagai salah satu strategi ketahanan pangan di tengah pandemi.
“Jadi pangan itu tidak harus beras, kita melakukan juga upaya diversifikasi pangan. Beberapa pangan lokal kita intervensi seperti singkong, talas, dan umbi-umbian lainnya,” ujar Mentan SYL.
Strategi ini menurutnya juga harus simultan dengan upaya mengoptimalisasikan lahan pertanian yang ada agar produktivitasnya menjadi lebih maksimal, termasuk memanfaatkan lahan pekarangan sebagai sumber pangan bagi keluarga.
Pada acara Mentan Sapa Petani Penyuluh (MSPP) Volume 27, Jumat (04/08/2023) di AOR BPPSDMP, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa saat ini krisis pangan melanda di semua negara, berdasarkan data FAO, Indonesia termasuk negara yang akan mengalami krisis pangan dikarenakan adanya dampak El Nino yang menyebabkan kekurangan air pada lahan pertanian.
“Mari kita semua turun ke sawah, ladang, kebun untuk antisipasi El Nino, hujan bukanlah satu-satunya sumber air ada kolam, sungai yang dapat dimanfaatkan untuk pengairan pada lahan pertanian”, ujar Kabadan Dedi.
Kabadan Dedi menambahkan bahwa El Nino dapat diatasi dengan adanya swasembada pangan dan menganti makanan pokok nasi dengan makanan pengganti lainnya yang juga sehat dan memenuhi gizi baik.
“Mari kita diversifikasi pangan, kita ganti makan nasi dengan makan singkong yang sehat dan menyehatkan”, tegas Kabadan Dedi.
Sedangkan menurut Narasumber MSPP, Ketua Harian DPD HKTI Jawa Barat, Entang Sastraatmadja menjelaskan bahwa pembangunan pertanian yang tujuan utamanya meningkatkan produksi dan produktivitas hasil pertanian setinggi-tingginya menuju swasembada, tidak akan dapat menuntaskan problem kehidupan masyarakat, jika tidak dibarengi dengan pengurangan laju konsumsi masyarakat terhadap bahan pangan pokok.
“Mari kita menekan konsumsi masyarakat terhadap nasi”, tegas Entang. Maka diperlukannya peranan pemerintah untuk terus-terusan meragamkan pola makan rakyat, supaya tidak tergantung kepada salah satu jenis bahan pangan karbohidrat. Program diversifikasi pangan jangan digarap asal-asalan, namun perlu dikemas secara utuh, holistik dan komprehensif, ujarnya.
Entang menekankan bahwa kita harus optimis dengan kerja keras dan kerja cerdas, ditopang oleh sumber daya manusia yang berintegritas dengan mengemas program diversifikasi pangan yang berkualitas sebagai salah satu solusi dalam menekan konsumsi pangan, khususnya beras di masyarakat.
“Program diversifikasi pangan harus memiliki desain perencanaan yang terukur dan berkelanjutan, Pemerintah berperan menekan konsumsi beras masyarakat sekaligus meragamkan pola makan masyarakat”, tutupnya. (HV/NF)