Purwakarta – Dalam rangka peresmian gedung research and development (RND) sekaligus expo nasional yang diselenggarakan PT East West Seed, Dirjen Hortikultura Prihasto Setyanto mengaku kagum dan bangga atas riset simultan yang dilakukan perusahaan benih swasta tersebut.
“Berbicara investasi jangka panjang, artinya harus ada research and development (RND) berjangka panjang. Hal ini sangat disadari oleh PT East West Indonesia dan saya kira patut dilakukan perusahaan benih lainnya agar benih kita sejajar dengan negara lain,” ujar Prihasto, Selasa (11/7).
Dalam sambutannya Prihasto menyebutkan, meski perhatian utama Ditjen Hortikultura ada bawang dan cabang, namun sesungguhnya hortikultura terdiri dari ada 564. Dari jumlah tersebut baru ada 88 komoditas yang resmi masuk ke dalam data statistik. Sementara sedang 15 komoditas lain sedang berproses.
“Saat ini kita ingin komoditas lokal dikenal dunia. Permasalahannya ada pada pemasaran di mana kita ingin sekali mendorong ekspor. Apa sih yang kita tidak punya dari negara-negara tetangga misalnya Thailand? Pasar durian contohnya. Tercatat pada 2020 – 2021 pasar durian dunia mencapai Rp 18 triliun. Angka itu bertambah kemudian sekarang Rp 55 triliun. Indonesia masih jauh kalah,” terang Prihasto.
Dirinya mengakui bahwa kendala utama ekspor adalah pada unsur 3K yang belum dikuasai penuh oleh petani atau pelaku usaha.
“Kalau pun sudah memenuhi kuantitas dan kualitas, kontinuitas belum kita kuasai. Jika ada eksportir mau cari manggis misalnya, harus mencari di spot-spot yang saling berjauhan lokasi. Inilah yang kemudian kita bentuk kampung hortikultura. Dengan adanya one village one variety, selain memudahkan juga dari segi biaya lebih murah. Konsep inilah yang sudah dikenal lebih dulu oleh Thailand,” papar Prihasto.
Turut menghadiri, Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN, Puji Lestari mengatakan bahwa pangan merupakan salah satu fokus perhatian BRIN di mana terdapat setidaknya 12 bidang yang terkait pangan.
“Di BRIN terdiri dari 10 ribu peneliti, di mana 1300 pegawainya berasal Kementerian Pertanian. Kami fokus ke bahan pangan utama untuk penanganan el nino dan kelangkaan pangan, mengurangi impor. Dengan adanya PT East West Indonesia ini kami menawarkan proyek penelitian bersama berikut publikasi hasil penelitiannya,” ujar Puji.
Menyambut pernyataan Puji, Managing Director PT East West Seed mengaku jika RND merupakan dasar utama kelangsungan pertanian, khususnya Indonesia.
“Pertanian tergantung pada benih. Jika benih bermutu maka hasilnya akan bagus. RND dapat menambah mutu hasil pertanian ke depan,” terang Managing Director PT East West Indonesia, Glenn Pardede.
Salah satu lahan percontohan yang menarik perhatian adalah pertanaman bawang bombay merah dan kuning yang terdapat pada lokasi expo. Dengan siung yang berukuran besar, memiliki produktivitas 30 – 40 ton per hektare ditengarai mampu mengatasi ketergantunyan impor.
“Kita punya dua jenis bawang bombay. Ada bawang bombay merah BB 121 dan bawang bombay kuning BB 110. Kedua jenis bawang bombay ini merupakan hasil seleksi dari sebelumnya kita punya. Tadinya kami mengembangkan 40 jenus bawang bombay. Dari jumlah tersebut kita pilih dua varietas terbaik ini,” terang Produk Development Support Manager PT East West Seed Indoensiq, Abdul Kohar.
Kohar menyebut, bawang bombay yang sedang didaftarkan ke Kementerian Pertanian ini dari segi budidaya ini tidak jauh berbeda dengan TSS.
“Secara budidaya tidak jauh beda dari penanaman bawang merah pada umumnya yang berasal dari biji atau TSS. Kami sudah melakukan penelitian bahwa keunggulan dari bawang bombay ini adalah bisa ditanam baik di dataran tinggi dan dataran rendah sekalipun. Ketika dicoba dilepas ke pasar, para petani kami mengatakan harga jual Rp 25 ribu kg diterima dengan baik oleh masyarakat,” pungkas Kohar.